Tua di Meteran Listrik
| 21 April 2012 | 20:14
Tua di Meteran Listrik
Hari ini setelah sholat dzuhur berjamaah di Musholla Attaufiq dekat
rumah mertua saya ngobrol-ngobrol dengan tukang catat meteran listrik yang
setiap harinya kini menenteng kursi bakso dan potret kini hp yang ber JPS.
Sebut saja namanya Pak Mirsa. Pak Mirsa ini kerja sebagai pencatat
meteran listrik sejak tahun 1983 dengan gaji bulanan Rp 17.000 an dimana
mencatat listriknya pada tahun tersebut dari wilayah kali malang sampai lubang
buaya dengan jalan kaki menyambangi meteran listrik untuk dicatat angkanya pada
setiap harinya.
Pak Mirsa dari tahun 1983 sampai sekarang ini yaitu tahun 2012 masih
tergolong sebagai tenaga honorer artinya belum menjadi PNS (pegawai negeri
sipil). Pak Mirsa pada tahun 1983 berumur 21 tahun berarti kini sudah berumur
limapuluhan lebih.
Walau di usia limapuluhan tahun lebih tetap semangat dalam mencatat
meteran dari gang demi gang, jalan demi jalan ditelusurinya. Dalam seharinya
harus bisa memotret 200 an meteran karena dalam waktu limabelas hari harus bisa
merampungkan pemotretan 2500 an meteran dalam setiap bulannya dengan jalan kaki
dan menenteng kursi bakso untuk panjatan memotret. Maka Pak Mirsa ini sangat
akrab sekali dengan meteran listrik.
Dalam pola kerjanya, pak Mirsa 15 hari memotret 2500 an meteran
listrik dan limabelas hari berikutnya merekap hasil potretan di kantor dimana
jam kerjanya dari jam 08.00 sampai jam 16.00. Menurutnya praktisan yang sebelum
mencatat dengan pemotretan karena langsung jadi. Kalau yang model sekarang ya
harus memotret dan juga harus mencatat dan merekap.
Di usianya pak Mirsa yang sudah setengah abatan ini kini menerima gaji
sesuai dengan UMR dan trasprort. Menurut pengakuannya kini menerima gaji kotor
dua jutaan rupiah. (Sumber : www.kompasiana.com)